CERPEN ; IBU ADALAH SURGAKU

CERPEN ; IBU ADALAH SURGAKU

Senin, 19 Oktober 2020, 10:19 PM

 

IBU ADALAH SURGAKU

Rintik hujan kini membasahi tubuhku yang bersama ibu dengan kehangatan cinta, ibu berlari mencari tempat untuk mengaup agar aku tidak kehujanan sebab ibu tidak mau diriku sakit, karena ibu adalah seorang yang terbilang berjiwa krisis, krisis kekayaan maksudnya. Ibu yang telah berusaha untuk tetap kuat mencari uang cukuplah untuk menambah kekuatan bertahan dibawah naunga atap rumah bambu yang ayah buat dengan saudaraku. Selain itu ibu juga bekerja sebagai seorang yang kreatif dalam bidang tenun sarung dan kain, sebab kerja ibu adalah menenun sarung orang, orang yang sibuk kerja dan hanya bisa membuang isi sakunya pada orang seperti ibu, menenun kain dan sarung  menjadi pilihan ibu untuk sekedar menata kehidupan mendatang untuknya dan untuk keluargaku dan aku yang masih kuliah.


Aku juga sebagai Mahasiswa yang bertanggung jawab untuk belajar dalam bangku perkuliahan. Aku harus bisa untuk menata kehidupan dengan baik, aku setiap hari selalu merenungkan seorang ibu yang selalu bertahan hidupnya dengan segala yang dia kerjakan. Walaupun pekerjaan yang dia lakukan tidak lagi layak  dia lakukan, namun untuk bertahan hidup dan menyolahkan aku, dia begitu bertahan untuk melakukan walaupun tubuhnya lemah, tulang- tulangnya sudah rapuh dan pinggangnya sudah merasa nyeri. Ibu selalu tersenyum melihatku dengan tatapan indahnya yang selalu membuatku merasa ada sorga di matanya.    Setiap aku pulang kampung untuk menjenguk ibu apakah ibu sehat atau tidak, aku selalu menyisipkan waktu untuk menjenguknya walaupun hanya sekali sebulan, untuk selalu melihat wajah indahnya.  Memeluk dan menciumnya, kehangatan badannya terasa aku ada dalam kehangatan Sang Pencipta. Aku selalu dapat hidangan nasi hangat berlauk daun ubu tumbuk, dengan daging yang kadang-kadang saja menghiasi piring, begitu ibu menungguku dengan sabar untuk makan bersama. Sungguh dihatinya penuh cinta padaku dengan dalam sedalam lautan dunia ini. Begitu nikmat ibu menikmati makanannya yang kurasa inilah makanan paling nikmat di dunia, sebab makanan ini penuh dengan cinta dari pada makanan di warung- warung yang sama sekali tak ada cintanya sebab mereka pesan demi kenikmatan hingga kadang lupa makanan di rumah yang di masak sendiri.


Sebelum malam begitu larut, jarum jam yang tertuju pada jam delapan mengajakku untuk mendengarkan ibu video rohani dari leptopku. Namun bagiku begitu nikmat dan penuh rahmat dari pada menonton televise yang sekarang sudah lebih banyak tontonan maksiatnya, jangankan filem yang mengundang hasrat, iklannya saja bikin aku malas, entah apakah ini otak-otak baru Indonesia setelah orde baru. Memang banyak juga sih yang islami di filemkan tapi lebih banyak yang brutalkan agama dari religinya. Jadi aku mengajak ibu untuk menoton vidio rohani dari leptopku, sambil aku bercerita dengan ibu, bercanda gurau, sambil menikmati secangkir the panas yang ibu buat. Malam yang singkat ini terasa aku ada dalam Rahim ibu sewaktu aku masih jadi janin, terasa kehangatan seorang ibu begitu sempurna bagiku, ibu memelukku dan berbisik, “ belajaralah jangan pernah menyerah, buatlah ibu tersenyum melihatmu sukses” mendengar kata- kata ibu membuat aku ingin menjatuhkan air mata, namun aku tahan di kelopak mataku untuk tidak menjatuhkannya.


Ibu memelukku dengan erat sambil pandangannya melihat gambar di layar leptopku. Sungguh begitu indah nyanyian rohani Mikael Panjaitan yang berjudul Allahku Dasyat, Cocok dimalam ini, menyejukkan hatiku. Ku pandangi wajah ibu yang sedang asyik mendengar lagu. Tangannya ibu kupegang erat- erat dengan berkata dalam hati. “Aku akan terus berjuang selagi aku masih bisa, selagi dunia masih memberiku kesempatan untuk berjuang aku terus berjuang ibu.” Aku merasakan sorga kecil dalam kehangatan badan ibu. “Bu, kapan ya aku bisa memberi uang sama ibu?” ucapanku membuat ibu tercenggang bisu namun aku susuli kata-kataku agar ibu tidak sedih dengan kata-kataku itu. “Ibu tidak perlu khuatir, aku hanya bertanya saja dan aku tahu meskipun aku masih sementara kuliah aku akan berjuang mencari uang untuk meringani beban ibu. Bukan selamanya aku sukses dulu baru aku bantu ibu, aku tau Tuhan pasti buka jalan untuk memberiku berkat dan ibu juga. “Ibu maafin aku ya? Sudah membuat ibu selalu sakit dan terus bekerja, sungguh dirimu adalah penyejuk jiwaku ibu, aku bangga dengan tubuhmu meski otakmu tidak berkeliar di dunia pendidikan dirimu sangat terdidik meski ibu sangat berhutang didikan padamu, aku sayang pada ibu.” Sahutku. “ Ibu juga sayang padamu” jawab ibu. Malam ini membawa aku dalam mimpi indah yang sangat terpesona.


Pagi yang indah aku bangun dengan cepat- cepat, ingin membuat the buat ibu serta keluargaku. Namun aku terlambat ibu sudah duluan di dapur. Aku duduk di depan rumah sambil melihat motor yang lalung- lalang di jalan raya, melihat ibu guruku yang berseragam baju dinas yang tak lain mereka adalah guru yang menuju di SD Matanyira. SD Matanyira adalah SD tempat aku sekolah, SD Matanyira tidak jauh dari rumahku. Dalam lamunanku melihat guru SD aku ingin sekali seperti mereka. Tiba-tiba aku terkejut setelah tangan menyentuh bahuku, tangan itu milik kakak lelakiku yang keluar dari kamarnya, sengaja dia mengkagetkan aku untuk berhenti menghayal dipagi hari. Aku bergegas ke dapur untuk bantu ibu sedang memasak sarapan pagi. Aku selalu tersenyum melihat tangan ibu yang selalu cepat bekerja, ibupun menyuruhku untuk mandi, tapi aku ingin sekali membantu ibu memasak, tapi ibu tidak mengijinkan aku masak. Aku bergegas untuk mandi di mata air. Aku masuk dalam kamarku untuk ambil baju ganti, tiba- tiba aku melihat selembar fotonya aku di bawah bantal ibu, aku duduk sejenak dan melihat foto aku dengan air mata yang berlinang di kelopak mataku. Aku merenungkan betapa teristimewanya ibu yang selalu mengingatku setiap saat, ibu yang selalu memandang fotoku pada malam hari, ibu selalu melihat fotoku sebelum tidur. Aku memeluk bantal ibu dan menangis.


Aku tidak memberitahu ibu kalau aku ketemu fotoku di bawah bantal ibu. Aku keluar dari kamar dan segera mandi. Kebersamaan kami ternyata mengundang rahmat, sebab saat aku bersama ibu hatiku terasa sejuk, selain itu ibu selalu memberiku nasihat yang membuat aku semangat. Walaupun waktu selalu singkat bersama dengan ibu. Karena aku harus kembali lagi untuk kuliah. Berlibur dua hari itu sangat berharga buat aku bersama dengan ibu di kampung. “ibuku, adalah sosok ibu yang sering taburkan emosi cintanya sehingga kadang aku berpikir ibuku itu adalah ibu yang selalu memberikan amarahnya padaku, padahal baginya amarah buatku adalah cintanya padaku. Jika ibu kita marah dan selalu mencomeli kita jaganlah kita melawan ibu kita tapi kita harus bersyukur ibu kita masih sempat memarahi kita. Karena amarah ibu menjadi teguran yang baik buat kita. Ibu merupakan sorga kecil buat kita.


KARYA : MARIA BOGA NGURA

TerPopuler