Senyuman adalah Kehidupan
Alih -alih kembali menyapa dan Sembari mengingatkan kepada saya bahwa senyuman adalah obat yang paling manjur.
Manjur ketika dipraktikkan
Manjur ketika dibagikan
Manjur ketika dimiliki
Manjur ketika itu melekat pada kita.
Serta manjur ketika kita menghidupi senyuman itu.
Senyum dikala banyak masalah
Senyum dikala banyak tantangan
Senyum dikala hidup tak lagi menjanjikan sebuah harapan.
Senyum dikala suka menghampiri
Senyum dikala duka kembali menyapa.
Hidup bukan hanya tentang egosentris.
Hidup bukan hanya tentang memanjakan diri.
Hidup bukan pula hanya untuk tawar-menawar.
Tersadarlah bahwa senyum tak dibayar.
Seperti ketika makan disebuah restoran mewah, dengan harga yang kali lipat.
Lalu seperti apa hidup itu?
Seperti kabut yang terbawa angin itulah sebuah kehidupan.
Seperti air didaun talas, sebentar kelihatan lalu hilang itulah kehidupan.
Seperti rumput dipadang
Sebentar kelihatan segar lalu layu dan lenyap itulah kehidupan.
Lalu lantas, mengapah tak mau senyum?
Mengapah tak mau menghidupi senyuman itu?
Mengapah tak mau dibagikan pula?
Kalau senyum adalah sebuah kehidupan!
Tawarkanlah kepada mereka yang bersedih.
Tawarkan kepada mereka yang baru melewati krikil-krikil kehidupan menuju kemenangan.
Setelah itu, sekembalinya akan menyapamu dengan tenang.
Bahwa kau beruntung berada diantara senyuman yang menjanjikan kehidupan.
Ya, kehidupan sukacita limpah didalamNya itulah kehidupan yang sungguh.
Karya : Nofrida Ina Kii